Pagi itu, udara di pesisir Desa Kalibandung terasa sejuk. Di sekitar Gereja Khatolik Kalimapo Hilir, tampak beberapa orang berpakaian serba hitam loreng dengan atribut Banser NU. Mereka adalah anggota Barisan Ansor Serbaguna, organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama, yang secara sukarela membantu menjaga keamanan gereja saat perayaan Natal.
Diantara mereka adalah Rudiansyah dan Sumadik, pemuda yang baru bergabung dengan Banser NU setahun lalu. Ia merasa bangga bisa ikut berpartisipasi dalam tradisi Banser yang sudah berlangsung sejak tahun 1996, ketika Gus Dur memerintahkan Banser untuk menjaga gereja di Situbondo yang terbakar akibat kerusuhan. Andi menganggap tugas ini sebagai bentuk toleransi dan persaudaraan antarumat beragama.
"Kami menjaga gereja bukan karena kami ikut dalam keyakinan saudara kami Kristiani, tapi karena kami menghormati dan melindungi mereka sebagai bagian dari Indonesia. Kami juga ingin memberikan rasa aman dan nyaman kepada mereka yang sedang beribadah," kata Rudiansyah.
Rudi (sapaan akrabnya) dan rekannya berjaga di gerbang masuk gereja, serta memastikan tidak ada hal-hal mencurigakan. Mereka juga menyapa dan tersenyum kepada para jemaat dengan ramah. Di dalam gereja, suasana khusyuk dan damai terasa. Jemaat menyanyikan lagu-lagu Natal dengan khidmat, sementara pastor membacakan khotbah tentang kasih dan damai. Rudi dan rekannya sesekali melirik ke dalam gereja, dan merasakan kehangatan dan keindahan dari perayaan Natal.
Rudi berharap, dengan adanya Banser yang menjaga gereja, hubungan antara umat Islam dan Kristen di Indonesia umumnya dan di Desa Kalibandung Khususnya semakin harmonis dan saling menghargai. Ia juga berharap, tidak ada lagi konflik atau terorisme yang mengganggu kehidupan beragama di negeri ini.
"Kami berdoa, semoga Indonesia tetap damai dan sejahtera. Semoga umat beragama bisa hidup berdampingan dengan rukun dan saling membantu. Semoga Banser bisa terus menjalankan tradisi ini sebagai bentuk cinta tanah air," ujar Rudiansyah.
Kirim Komentar